Kamis, 21 Oktober 2010

Niat & Menuntut Ilmu

Niat & Menuntut Ilmu
Dosen PAI: Didi Purnomo, S.Pd.I, MA

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
:   يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ
(( إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُوْلِهِ، وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ))  [رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري و ابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]
Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb , dia menjelaskan bahwa telah mendengar Rasulullah  bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (HR. al-Bukhāriy dan Muslim)

Hadits di atas cenderung diletakan pada bab pertama pada setiap kitab-kitab hadits.[1] Terutama lagi bagi kitab hadits yang menghimpun tema akhlak dan amal shaleh. Hal demikian menandakan bahwa setiap muslim saat mengawali amal kebaikan menjadikan niat sebagai perkara yang penting untuk diposisikan dengan tepat terlebih dahulu. Ada harapan di dalamnya bahwa hasil akhir yang baik dipengaruhi oleh niat (motive) yang benar (lurus).
Saat diamati lebih seksama, niat yang kuat dari seorang muslim dalam mengerjakan amal sholeh mengandung beberapa unsur pembentuk. Hal demikian minimal terdiri dari empat bagian, yaitu:
1.         Semangat
Dalam kamus bahasa Indonesia arti kata semangat merujuk salah satunya pada makna kekuatan batin.[2] Semangat juga memiliki kedekatan makna dengan power. Dalam redaksi yang lebih sederhana ia bisa di persamakan dengan gairah. Oleh karenanya ibarat berbagai peralatan elektronik, ia tidak akan menghidupkan atau memainkan fungsinya ketika tombol power tidak dipantik terlebih dahulu.
2.         Tekad
Secara bahasa tekad merujuk makna kebulatan hati. Tekad juga berupa keberanian mengambil keputusan untuk bertindak. Jika diperumpamakan dengan perbuatan seseorang yang berniat menjadi penghafal  Al-Qur’an maka tekadnya ditunjukan dengan keputusan mematok sebagian besar waktunya untuk mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an dan mengurangi waktu untuk ngobrol atau perbuatan yang tidak ada kaitannya dengan memperkuat hafalan. Contoh lain, seseorang yang berniat menjadi muslim yang taat maka tekadnya ditunjukan dengan keberanian diri memutuskan /menutup celah-celah menuju keburukan hidup. Contoh terakhir, seseorang yang berniat lancar berbahasa asing maka tekadnya dapat terlihat dari keberanian mempraktekannya.
3.         Nekat
Nekat yang dimaksud adalah keberanian diri menanggung resiko. Contoh nyata, seseorang mahasiswa yang ingin menjadi programmer maka ia berusaha semaksimal mungkin kuliah meskipun biayanya harus ngutang kesana-kemari. Contoh lagi seseorang yang berani menjadi insinyur dibidang listrik (baik arus lemah/tinggi) maka ia berani menaggung resiko sekali dua kali tersengat teganggan listrik.
4.         Ilmu
Ilmu sederhananya adalah pengetahuan akan sesuatu. Niat menjadi apa pun, ilmu merupkan unsur pembentuk yang menopang amal bernilai lebih. Dalam hal ini ada baiknya direnungkan satu ungkapan bijak yang mengatakan bahwa dengan cinta hidup menjadi indah, berbekal agama hidup jadi terarah dan dengan ilmu hidup jadi lebih mudah. Artinya apa pun niat seseorang ingin dicapai ketika ia menguasai ilmunya maka pencapaian niat itu menjadi lebih mudah dilakukan. Contoh sederhana, seseorang yang berniat pergi ke Samarinda, pencapaian niat itu menjadi lebih mudah saat yang bersangkutan sudah mengetahui informasi (pengetahuan) jalan & kendaraan yang menuju ke Samarinda.
Unsur ilmu dalam setiap niat pada akhirnya Allah jadikan sebab seorang muslim memiliki derajat sosial & taqwa lebih tinggi pada sesama.[3] Menimbang berharganya suatu ilmu maka Rosulullah SAW menjadikannya wajib dikuasai bagi setiap muslim & muslimat.


[1] Sebagai contoh dalam karya Imam Nawawi, Kitab Hadits Arbain. Selain itu Karya Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Kitab Lu’ lu wa al-Marjan fima Ittafaqo ‘Alaihi As-Syaikhonu
[2] Akses cepat & mudah tentang makna kebahasaan lihat www.KamusBahasaIndonesia.org
[3] Tadaburi (renungkan) QS Al-Mujadilah: 11; juga Az-Zumar: 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar