Kamis, 04 November 2010

Wawasan AL-Qur'an

Wawasan Al-Qur’an
(Pertemuan Ketiga)

Al-Qur’an telah menjadi bimbingan hidup bagi manusia beriman dan muslim di muka bumi hingga hari ini lebih kurang selam 15 Abad. Selama itu pula Al-Qur’an telah dihafal, dikaji dan dihikmati. Jika ada yang mau mengusulkan, ia telah pantas masuk dalam buku rekor dunia dengan kategori kitab yang paling kolosal dimemori oleh jutaan manusia.
A.           Wawasan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai nama yang dimiliki oleh himpunan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril dapat dilacak dari salah satu ayatnya pada surah Al-Baqarah: 185.
هُدًى الْقُرْآنُ فِيهِ أُنزِلَ الَّذِيَ رَمَضَان شَهْرُ
وَالْفُرْقَانِ الْهُدَى مِّنَ وَبَيِّنَاتٍ لِّلنَّاسِ
 Ayat ini menegaskan bahwa nama yang dimiliki Al-Qur’an bersumber dari Allah bukan dari produk sosial maupun budaya. Ayat itu sekaligus juga menginformasikan waktu diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu bulan Ramadhan.
Setiap muslim mengimani bahwa membaca saja Al-Qur’an sudah termasuk ibadah. Dalam salah satu riwayat hadis Nabi Muhammad bahkan menginformasikan bahwa pada hari kiamat Al-Qur’an akan menghampiri para pembacanya untuk memberikan syafaat (pertolongan). Selain itu motivasi yang disuntikan kepada kaum muslimin melalui Al-Qur’an disebutkan Rasulullah bahwa di syurga kelas “kamar” para penghuninya diurutkan berdasar jumlah ayat Al-Qur’an yang dihafal. Semakin banyak yang dimemori maka semakin tinggi “kelas kamarnya” meskipun tinggal di komplek syurga yang sama. Kesemua keterangan dari Rasulullah itu diantaranya bisa dipahami sebagai suatu stimulant yang akan membuat para pembacanya terjaga semangatnya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Al-Qur’an mengandung bimbingan hidup manusia yang jika diringkas minimal mengandung 5 pokok pikiran utama. (1) sejarah manusia terdahulu beserta nasib yang mereka jalani; (2) kehidupan masa depan, baik di dunia maupun akhirat; (3) Allah & kekuasaannya; (4) Jenis dan karakter manusia dalam memperlakukan wahyu; (5) Perintah & larangan Allah.
B.            Al-Qur’an; Mu’jizat Nabi Muhammad SAW
Dalam kamus bahasa Indonesia, mukjizat diterjemahkan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Asal kata mukjizat sendiri berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata kerja a’jasa berarti melemahkan. Mu’jizat diterjemahkan secara bahasa dengan melemahkan karena kekuatannya yang tidak mampu ditandingi oleh manusia dan jin meskipun mereka bersatu untuk  melawannya. Nabi Musa diberi mu’jizat berupa tongkat yang dapat berubah menjadi ular besar dan membelah lautan. Kekuatan mu’jizat itu melemahkan dan mengalahkan kemampuan para tukang sihir sehingga logika dan hati mereka mengakui bahwa kemampuan itu hanya berasal dari zat yang Maha Kuasa. Akhirnya mereka pun memeluk agama Tauhid yang diseru oleh Nabi Musa AS.
Nabi Muhammad penutup para Nabi dan Rasul. Tanda kenabiannya adalah risalah tauhid yang dibawa dan kitab suci yang diterima, Al-Qur’an. Ia sekaligus menjadi mukzizat Nabi Muhammad. Ciri mu’jizat di dalamnya dapat diperiksa dari tantangan Al-Qur’an kepada manusia dan jin untuk menyusun satu surah saja. Kemu’jizatan Al-Qur’an terlalu kuat sehingga tidak pernah ada mahluk yang mampu menandinginya sampai hari kiamat.
Kemu’jizatan Al-Qur’an sejauh ini dipahami oleh para sarjana meliputi bidang bahasa dan sastra, ketelitian dan keharmonian antar kata dalam surah, dan keakuratan berita-berita masa depan. Keindahan bahasa dan sastra Al-Qur’an salah satunya dapat diamati pada surah-surah yang berisi ayat dengan akhiran rima senada, hingga pada surah terpendek. Pada surah Al-Kautsar contohnya, akhiran ayatnya selalu berujung pada huruf ra, hal demikian lebih memukau dibanding tradisi pantun dalam masyarakat melayu. Ketelitin dan keharmonian kata salah satu contoh dapat diteliti pada kata hayah (artinya: hidup) dan maut (artinya: mati) dalam Al-Qur’an berjumlah sama, yaitu 145. Keakuratan berita-berita masa depan satu contohnya dapat diteliti pada surah Ar Rum. Al-Qur’an menyebut bahwa bangsa Romawi yang dikalahkan oleh bangsa Persia pada saat surah Ar-Rum diturunkan akan berbalik  mengalahkan bangsa Persia. Hal demikian benar-benar terjadi.
Di luar seluruh fakta di atas Al-Qur’an pada dasarnya menegaskan dirinya sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Al-Qur’an menginformasikan agar manusia tidak sampai lalai dari tujuan dasar diciptakannya di muka bumi. Keindahan bumi beserta isinya adalah sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal demikian itu adalah bekal bagi manusia untuk memasuki fase kehidupan berikutnya. Sama halnya bayi yang mengkonsumsi nutrisi di dalam rahim pada dasarnya untuk menyempurnakan bentuk panca indranya yang dipersiapkan untuk memudahkannya hidup di alam dunia dengan panca indra itu. Dengan keindahan gaya bahasa dan sastranya, Al-Qur’an membuat para budayawan terkagum-kagum. Adupun fakta-fakta kealaman membuat para pengembang sains terpukau dengan kekuatan informasinya. Hal demikian menjadikan manusia dengan beragam latar belakang disiplin keilmuan yang dimiliki mendapatkan sensasi inspirasi baru untuk mengeksplorasi kebenaran terhadap bidang yang diteliti masing-masing.
C.          Kaum Muslimin Hari Ini & Al-Qur’an
Kaum muslimin yang dimaksud adalah masyarakat muslim di Balikpapan.  Basis-basis pengajaran Islam di Kota ini merujuk pada madrasah, sekolah, pesantren dan majelis ta’lim. Organisasi yang secara khusus menjadikan dasar baca tulis Al-Qur’an sebagai basis pengajarannya dapat merujuk pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TK/TPA). Adapun lembaga yang secara khusus berusaha memproduksi generasi penghafal Al-Qur’an dapat merujuk pada kegiatan ketakmiran Masjid Nurul A’la di Jalan Gunung Pipa dan Masjid Istiqomah di bilangan komplek Pertamina Jalan Merdeka.
Beberapa pengakuan ringan dari segelintir mahasiswa muslim yang tinggal di Balikpapan menyatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terdapat pada sensasi ketenangan batin pada saat membacanya. Bukan pada keindahan bahasa yang digunakan Al-Qur’an apa lagi keakuratan informasi tentang gejala alam. Sebagian peserta obrolan itu mengaku tidak menguasai sedikitpun bahasa Al-Qur’an yang beraksara Arab. Ketika ditanya proses datangnya sensasi ketenangan hati pada saat membaca Al-Qur’an pun mereka tidak mengetahui. Al hasil sensasi itu menjadi pengakuan jamak di antara mereka.
Unik tapi nyata sensasi ketenangan batin itu tidak berbanding lurus dengan frekuensi interaksi mereka dengan Al-Qur’an. Lebih lanjut dalam obrolan dengan mereka terungkap bahwa dalam satu pekan belum tentu mereka membaca dan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Obrolan itu tidak dilanjutnya dalam pertanyaan bagaimana dalam tempo sebulan. Tentu menjadi aneh ketika ketenangan batin menjadi pencarian setiap manusia namun sumber ketenangan batin (Al-Qur’an) sangat jarang didekati dan diinteraksikan. Potret ini bisa jadi ingin ikut mempertegas kenyataan bahwa agama kehilangan fungsinya dalam  kehidupan Abad 21.
Potret kasus mahasiswa muslim di atas tidak lah dimaksudkan untuk disamaratakan pada kondisi semua mahasiswa muslim di Balikpapan. Faktanya masih ditemukan kelompok muda yang mau mewakafkan diri dan usianya untuk menghafal Al-Qur’an. Pertanyaan yang belum terpecahkan kemudian adalah berapa perbandingan para generasi muda yang akrab dengan Al-Qur’an dan tidak. Jawaban atas pertanyaan itu pada akhirnya dapat menyumbang informasi tentang kehidupan agama di kalangan generasi muda awal Abad 21.
Kepastian saat ini yang bisa dipahami tentang nasib Al-Qur’an dalam kehidupan manusia berbasis teknologi adalah belum ada tanda yang vulgar bahwa keberadaanya (Al-Qur’an plus agama) menjadi punah. Bahkan berbasis teknologi itu ada saja temuan unik dari Al-Qur’an. Sebagai contoh, akibat kemajuan  bidang olah data statistik berbasis computer di Abad modern, sarjana muslim Rasyad Khalifah menjadikannya pendekatan untuk mengungkap kemukjizatan Al-Qur’an. Ia menemukan keunikan angka 19 yang didapat dari jumlah huruf hijaiyah kalimat bismillahirrohmanirrohim. Keunikan angka itu ada pada sejumlah kata yang pasti dapat dibagi dengannya. Kata Ismu dalam Al-Qur’an berulang sebanyak persis 19 kali. Kata Allah berulang di dalam Al-Qur’an sebanyak 2698 dan ini sama dengan 142 x 19. Kata rahman dalam Al-Qur’an berulang 57 dan ini sama dengan 3 x 19. Dan terakhir kata rahim di Al-Qur’an berulang 115 dimana 114 kali merujuk pada sifat Allah dan 1 kali untuk mensifati kepribadian rasulullah (Lihat dalam QS 9: 128). Adapun angka 114 sama dengan 6 x 19. Semakin dikaji, Al-Qur’an menunjukan keunikannya sebagai wahyu Allah dan menegaskan tidak ada manusia-jin yang mampu menyusunnya dengan segala ketelitian dan kecermatan tingkat tinggi seperti itu. Uniknya lagi Al-Qur’an membuka diri untuk dikaji. Dalam surah Al-Qomar ditegaskan sebanyak 4 x bahwa ‘’Allah telah memudahkan Al-Qur’an itu untuk dipelajari maka siapakah yang mau mengambil pelajaran di dalamnya”. Oleh karenanya bagi manusia yang belum sering berinteraksi dengan Al-Qur’an perlu dipertanyakan apa yang lebih penting dari Al-Qur’an hingga sedikit sekali waktu tersisa untuk membacanya. Jangan-jangan akibat disibukan dengan materi kehidupan dunia, hati manusia menjadi keras dan tidak mau mengambil pelajaran dari pesan dan kemukjizatan Al-Qur’an yang terbuka setiap saat untuk diresap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar